Wacanakan Kenaikan Tarif di tengah Pelayanan yang Amburadul, Perusda Giri Tirta Gresik Kembali Menjadi Sorotan
GRESIK, Mitrabratanews.com – Perusahaan Daerah (Perusda) Giri Tirta Gresik kembali menuai Kontroversi, Kali ini manajemen perusahaan yang berkantor di Jalan Raya Bunder Asri, Kecamatan Kebomas itu mulai membidik kenaikkan tarif ditengah pelayanan yang amburadul.
Direktur Utama Perusda Giri Tirta Siti Aminatus Zariyah tidak membantah terkait kenaikkan tarif air itu dan mengungkapkan bahwa kenaikan ini sudah sesuai dengan peraturan pemerintah yang mengharuskan evaluasi tiap tahunnya.
“Sudah 3 tahun tarif air tidak naik. Sesuai peraturan pemerintah pusat setiap tahun tarif harus dievaluasi,”kata Siti Aminatus Zariyah saat dikonfirmasi melalui panggilan telepon, kamis (04/06).
Kebocoran air di perusahaan daerah (Perusda) Giri Tirta dinilai sudah dititik bahaya yaitu mencapai 40 persen. Akibat kebocoran tersebut kabarnya membuat perusahaan pemasok kebutuhan air bersih untuk kota Gresik itu terancam bangkrut.
Akan tetapi Risa langsung mengutarakan bahwa wacana kenaikkan tarif itu hanya wacana dan realisasinya masih lama.
“Itu solusi. Tapi masih wacana. Masih lama, masih lama,” imbuhnya. Terkait kebocoran hingga 40 persen atau setara 4.581.240 dari total produksi 11.465.902 meter kubik selama triwulan I tahun ini, ia tidak membantahnya. “Tingkat kebocoran sekitar 40 persen, 39 persen. Normalnya 25 persen,”katanya.
Penambahan kapasitas pasokan air tetapi tidak didukung perbaikan sistem infrastruktur menjadi penyebab kebocoran yang sudah diatas ambang normal. “Tapi, infrastrukturnya tidak dibenahi. Itu simpel saja,”ujarnya.
DPRD Gresik dalam rapat evaluasi Komisi II DPRD Gresik dengan direksi Perumda Giri Tirta sangat terkejut ketika menerima laporan Perumda Giri Tirta selama triwulan I tahun anggaran 2021.
Mencapai miliaran rupiah perbulan terbuang akibat kebocoran 4,5 juta meter kubik air dari Perusda Giri Tirta. Atau sekitar 4.581.240 dari total produksi 11.465.902 meter kubik selama triwulan I tahun ini. 1minute.id mengilustrasikan, tarif air rumah tangga (R-1) seharga Rp 1.500 m³, uang terbuang Rp 6.871.860 per 3 bulan atau Rp 2.290.620.000 per bulan. Akan tetapi, tarif air berjenjang potensi kerugian semakin membengkak.
Dalam hitungannya jika pelanggan R-1 pemakaian air 20 m³ per bulan rekening tagihannya Rp 59.500 perbulan atau tarif air Rp 2.975 per m³. Bila air Rp 2.975 m³ dikalikan volume kebocoran 4,5 juta m³ potensi pendapatan yang hilang sama dengan Rp 14.629.189.000 per tiga bulan atau Rp 4.543.063.000 per bulan.
Meskipun nilai kerugian akibat kebocoran sangatlah besar, Risa mengaku cash flow alias arus kas keuangan Perusda Giri Tirta masih cukup baik. “Keuangan aman. Setiap bulan dapat uang. Dodol banyu kan dapat uang. Meski tidak ada batinya (laba) karena harga jual air di subsidi,”ujarnya.
Komisi II DPRD Gresik dalam rapat evaluasi sempat menolak wacana menaikkan tarif dengan menambah volume. Sebab, penambahan volume tanpa adanya perbaikkan infrastruktur pipanisasi kebocoran lain akan semakin tinggi.
Kenaikan tarif yang tidak dibarengi pelayanan maksimal cuma akan menimbulkan kontroversi dan sangat memberatkan masyarakat. (iwan)