Siswi SD di Menganti Gresik Dibully Hingga Mengalami Kebutaan, Pihak Sekolah Dinilai Tidak Koperatif

GRESIK-JATIM, Mitrabratanews.com – Seorang siswi kelas II SD di Kecamatan Menganti, Gresik mengalami kebutaan usai dibully di lingkungan sekolah.
Nasib pilu itu dialami siswi berinisial SAH (8). Ia mengalami kebutaan pada salah satu matanya setelah dicolok teman sekolahnya menggunakan tusuk bakso.
Tindakan kekerasan yang dialami SAH, bermula ketika bocah kelas 2 SD itu bersama teman sekelasnya diminta ke luar rungan untuk mengikuti lomba Agustusan, pada Senin (7/8/2023) lalu.
Saat itu, korban yang tengah asik di halaman sekolah, ditarik oleh kakak kelasnya ke sebuah lorong yang berada di antara ruang guru dan pagar sekolah.
Di lorong tersebut, korban dimintai uang jajan secara paksa. Korban sempat menolak memberikan uang ke kakak kelasnya.
Namun secara brutal, wajah korban ditutupi tangan kemudian dicolok menggunakan tusuk bakso dari atas ke bawah.
Tusukan itu mengakibatkan korban berlari ketakutan sembari membasuh matanya dengan air. Tak berselang lama, keluar darah dari mata kanan. Bercikan darah segar itu pun mengotori seragam putih bocah malang tersebut.
Usai mendapat kekerasan fisik, korban pulang ke rumah dan mengeluh mata kanannya tidak bisa melihat. Hal tersebut membuat Samsul dan keluarga khawatir. Hingga akhirnya diputuskan untuk memeriksakan ke rumah sakit.
SAH dibawa ke Rumah Sakit Cahaya Giri yang berada di Bringkang, Kecamatan Menganti. Karena butuh penanganan lebih, kemudian dirujuk ke RSMM Jawa Timur hingga terakhir dirujuk lagi ke RSUD dr Soetomo hingga divonis mengalami kebutaan.
Ayah korban, Samsul Arif menuturkan, Kini sudah terhitung 41 hari usai kejadian malang itu, anak dari pasangan Samsul Arif dan Kiki Ramadani, ini masih belum bisa mengikuti aktivitas belajar di sekolah.
Usai kejadian anak pertamanya sudah tidak masuk sekolah lagi. Pihaknya juga telah mendatangi dan melakukan mediasi bersama pihak sekolah. Namun, pihak sekolah dinilai tidak kooperatif dalam kasus ini.
“Setelah kejadian, beberapa guru sekolah datang ke rumah. Tapi tidak kepala sekolahnya. Setelah saya buat laporan polisi, pihak sekolah terkesan menghindar. Ada upaya meminta kasus ini tidak ramai. Sementara intervensi tidak ada,” ungkapnya, di rumahnya, Sabtu (16/9/2023).
Pihaknya menyebut, pihak sekolah pun tidak memberikan tayangan rekaman CCTV. Padahal kejadian yang menimpa anak saya ada di area lingkungan dalam sekolah.
“Dari lima kamera CCTV, hanya satu saja yang diperlihatkan. Itu pun bulan 6, bukan bulan saat kejadian,”keluhnya.
Mirisnya, saat pihaknya menceritakan kejadian tersebut. Pihak sekolah sempat tidak percaya. Bahkan, pihak sekolah menduga mungkin bukan ditusuk sunduk sate ada benda lain.
“Mata anak saya sempat keluar darah, tapi dibasuh dengan air. Sehingga saat pulang mata tidak berdarah,” jelasnya.
Dari kejadian tersebut, kini anak tersebut sangat lambat dalam hal membaca. Baik membuat tulisan maupun mengaji.
Kini, pihaknya hanya bisa pasrah dan tidak bisa berfikir masa depan anak pertamanya seperti apa. Samsul meminta pihak sekolah UPT SDN 236 Gresik bertanggungjawab atas kejadian ini.
“Pihak sekolah memberikan dispensasi khusus dari sekolah, dan memang saya tidak mau masukkan sekolah dulu,” ujarnya.
Dari kasus tersebut, pihaknya menyayangkan tentang masalah keamanan lingkungan sekolah.
“Penjagaan kurang maksimal. Saat ini mata sebelah kanan tidak bisa melihat sama sekali,” terangnya.
“Kepala Sekolah harus tanggung jawab. Kalau memannanti bisa diproses hukum karena kelalaian, biar nanti diproses hukum yang berlaku,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah UPT SDN 236 Gresik masih belum bisa dimintai keterangan. Hingga saat ini masih disuruh menunggu tentang hal tersebut. (Ivn)
